Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Belajar

Pernahkah kita renungkan kawan, mengapa ayat yang pertama kali turun adalah “Iqro”, saya bukan ahli tafsir atau orang yang menguasai ulumul qur’an maka saya sama sekali tidak punya kapasitas untuk membahasnya dari sudut pandang tafsir maupun ulumul qur’an, namun saya sering memikirkan mungkin itu cara Tuhan untuk mengajak kita agar terus belajar, bacalah, belajarlah. Belajar adalah sebuah proses, kawan, hidup ini juga sebuah proses, manusia tidak hanya bertumbuh secara fisik namun juga berkembang secara psikis, pertumbuhan kita mungkin akan berhenti ketika kita telah melewati masa kanak-kanak dan remaja, namun perkembangan psikis kita, pikiran kita, juga hati kita, tidak akan pernah berhenti atau jangan sampai pernah berhenti, karena jika perkembangan kita berhenti maka proses kemanusiaan kitapun berhenti, kita tidak akan ada lagi bedanya dengan hewan dan tumbuhan.  Maka Tuhan menfirmankan “Iqro’”, bacalah, membaca adalah sebuah proses belajar, proses yang terus menerus seper

Ketika yang dicinta dihina (2)

Muncul dan beredarnya film Innocent of Muslims, menurut saya adalah bukti kalau cara pandang masyarakat barat secara umum terhadap Islam masih dipenuhi dengan prasangka-prasangka subjektif yang tidak berdasar sama sekali, film ini menambah daftar panjang karya-karya baik berupa film, novel atau kartun yang memandang Islam secara negatif, sekaligus mengukuhkan (setidaknya menurut saya) bahwa liberalisme yang mereka anut adalah liberalisme yang kekanak-kanakan. Jefry lang menyebutkan sebuah artikel hasil riset yang tebit sebelum 2001, bahwa lebih dari sembilan puluh persen gambaran tentang Islam dalam novel-novel dan film-film berbahasa inggris yang dipublikasikan selama abad dua puluh ternyata bersifat negatif, dan dia juga menduga gambaran yang sama juga terjadi ditelevisi, kartun, komik serta video game. Cara pandang negatif itu sebenarnya tidak datang begitu saja, namun ada rentetan sejarah panjang dari mulai perang salib hingga abad modern yang dibangun secara massif

Ketika yang dicinta dihina (1)

Apa yang akan kita lakukan seandainya seseorang yang begitu kita cintai dihina dan dinista oleh orang lain, apakah akan diam saja? Sebagai reaksi manusiawi, biasanya kita akan marah lalu menumpahkan kemarahan kita dengan menyerang balik orang yang menghina itu, baik dengan kata-kata maupun dengan tindakan, apalagi jika orang yang kita cintai itu bukan sekedar kita cintai namun juga kita muliakan. Dan itulah yang terjadi diberbagai negara muslim beberapa hari terakhir, di Mesir ratusan atau ribuan orang melakukan protes dijalanan Kairo hingga terjadi bentrok dengan aparat keamanan, di Libya lebih parah lagi sekelompok orang menyerbu kedutaan besar Amerika dinegara itu tanpa bisa dihalangi oleh pihak kepolisian, tidak hanya itu massa juga menewaskan duta besar Amerika untuk Libya dan tiga orang stafnya. Dipakistan pengunjuk rasa membakar gedung bioskop dan membakar beberapa bangunan lain, dikabarkan juga ada korban tewas dan luka-luka dalam aksi di Pakistan ini, sampai

Karena saya mau berpuasa, maka saya harus dihormati ?

Kenapa orang yang tidak berpuasa harus “dipaksa” menghormati orang yang berpuasa, padahal ibadah apapun itu, baik puasa, sholat, ataupun ibadah lainnya tujuannya jelas bukan agar sang pelaku ibadah itu dihormati oleh orang lain, apalagi kemudian punya hak untuk memaksa orang lain yang tidak melakukan ibadah agar mau menghormati orang yang sedang beribadah itu. Menjelang dan selama bulan Ramadlon biasanya ramai aksi-aksi demo yang tujuannya adalah untuk meminta masyarakat menghormati bulan Ramadlon, tuntunan realnya biasanya adalah: memaksa warung-warung untuk tidak buka pada siang hari, kemudian tempat hiburan malam harus tutup selama bulan puasa, selain itu para PSK juga harus libur dari pekerjaannya guna menghormati bulan puasa, padahal bulan Ramadlon dan ibadah puasa tidak pernah minta dihormati sedemikian rupa. Saya sebenarnya setuju saja dengan hal-hal itu, hanya saja jika itu semua dipaksakan dengan cara-cara kekerasan baik langsung maupun tidak langsung, saya jadi mera

Sekolah Baru, Seragam Baru

Melihat anak-anak yang akan memasuki sekolah baru saya jadi ingat kejadian bertahun-tahun yang lalu, saat saya berada diposisi mereka, anak umur belasan tahun yang entah mengapa merasa harus melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi, kalau naik kelas saja rasanya menyenangkan apalagi saat naik dari MI ke MTs (kebetulan dari SD sampai SMA saya sekolah dimadrasah) rasanya bukan hanya menyenangkan tapi sangat menyenangkan. Pagi itu bertahun-tahun yang lalu, saya dan teman-teman yang dekat rumah berangkat bersama kesekolah, kebetulan kami sama-sama baru lulus MI dan akan ke MTs, pagi itu rasanya sungguh istimewa pertama kalinya saya memakai celana biru tua baru ke sekolah, meski memakai baju baru dan juga sepatu baru namun yang berkali-kali kupandangi sepanjang perjalanan itu adalah celana biru tua seragam MTs, memakai celana biru tua seperti ada perasaan “aku udah gede”, lebih hebat dari anak-anak yang masih memakai celana merah hati, dan perasaan seperti itu sungguh sangat me

Tak Perlu Melarang Irshad Manji

Baru-baru ini diskusi dan bendah buku Irshad Manji yang berjudul Allah: liberty and love , menuai kontroversi sampai tindak kekerasan. Dimulai dari pembubaran diskusi di Salihara yang anehnya Polisi yang seharusnya melindungi malah ikut membubarkan paksa diskusi ini, kemudian percobaan pembubaran diskusi di Kantor AJI, di kantor AJI pembubaran urung terjadi karena telah lebih dulu dijaga puluhan Banser, sampai yang lebih parah terjadi di Kantor LKIS Yogyakarta ketika diskusi sedang berlangsung ratusan orang menyerbu masuk dan mengobrak abrik ruangan diskusi, sampai-sampai perguruan tinggi sekaliber UGM pun akhirnya membatalkan diskusi yang rencananya akan dilakukan di UGM alasanya karena masalah keamanan. Saya tidak tahu siapa Irshad Manji yang saya tahu hanya katanya dia adalah seorang feminis Muslim Kanada, saya juga belum membaca buku yang dipromosikannya, sama dengan orang-orang yang teriak-teriak dan ngamuk-ngamuk menolak diskusi itu berlangsung. Hanya saja mendengar beri

Hotpant

Akhir-akhir ini banyak sekali cewek yang hobi memakai hotpant, yang saya heran kenapa mereka kok tidak kedinginan ketika memakainya pada malam hari yang dingin atau tidak takut kepanasan dan kulitnya menjadi hitam legam jika memakainya ditengah terik matahari, kadang-kadang agar dibilang keren memang butuh pengorbanan, mungkin itulah yang membuat cewek-cewek hotpant itu mau kedinginan dan kepanasan, yang penting mereka tampak modis, seksi, sekaligus keren. Tentang definisi modis dan keren sendiri kalau menurut saya relatif,  tergantung musim, kalau pas musimnya celana pensil maka yang modis dan keren ya celana pensil, kalau pas musimnya rambut rebonding ya yang modis dan keren jelas rambut lurus hasil rebondingan (kalau lurus alami itu mah ndeso) nah sekarang lagi musimnya hotpant (apalagi ditambah demam girls band) jadi yang modis dan keren ya hotpant. Jadi penentu sesuatu itu dianggap keren atau ndeso bukan kita sendiri, tapi yang menentukan adalah “musim”. Nah ‘musim” mod

Narsis

Gambar
Ada yang bilang kalo ada orang yang suka pasang foto di facebook, twiter, ataupun blog maka orang itu dapat dikategorikan sebagai orang fasis, eh salah bukan fasis tapi rasis, salah lagi… bukan fasis bukan rasis tapi narsis, iya bener… narsis. Kalo pendapat ini benar maka orang paling narsis sedunia adalah orang-orang yang lagi nyalon jadi DPR, atau jadi bupati, gubernur, sampai nyalon presiden sebab mereka bukan hanya pasang tampang di facebook atau twiter tapi bahkan pasang foto besar-besar disepanjang jalan, pasang stiker bergambar wajahnya yang lagi jaim dipohon, tiang listrik bahkan sampai pintu kamar mandi, “opo ora narsise nemen ???” Tapi kalo saya pribadi tidak setuju pendapat ini. Kalo denger kata fasis kita mesti ingat seorang Mussolini sang dictator Italia sebab dialah God Father Fasisme, kalo dengar kata rasis mungkin kita akan teringat Hitler seorang rasis paling berkuasa sebelum perang dunia II yang merasa ras Arya milik nenek moyangnyalah yang paling heba

Catatan Awal Tahun

Pada tahun 2011 kemarin dunia sempat dihebohkan dengan ramalan suku Maya yang katanya dunia ini akan kiamat pada tahun 2012, ramalan itu sudah berusia ribuan tahun dan menjadi populer gara-gara sebuah film yang mengangkat tema kiamat 2012 - dasar Holywood bahkan kiamatpun mereka komersilkan - jika saja ramalan itu tidak dijadikan film maka ramalan itu hanya akan dipegang oleh anak cucu suku Maya dan suku-suku lain macam suku-suku di Indonesia tidak perlu ikut-ikutan khawatir, yah... namun itulah dampak Globalisasi - dalam hal ini Hollywood biang keladinya -  mereka mengglobalkan harapan sekaligus juga mengglobalkan kecemasan. Well, itu hanya ramalan yang didramatisir lewat film yang kemudian juga melahirkan puluhan judul buku yang membahas tema yang sama, sebelumnya juga sudah ada orang atau kelompok yang meramalkan kiamat namun semuanya tidak terbukti, matahari masih terbit dari timur, burung masih berkicau dan semuanya masih berjalan baik-baik saja. jadi kita hiraukan saja ramalan k