Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Selamat dan berbahagialah

Tulisan ini pada awalnya saya posting dicatatan facebook pada 25 Maret 2011, waktu itu kebetulan banyak teman-teman dan sahabat yang menikah, kini 4 tahun setelah tulisan itu saya posting saya harus merenungkannya kembali untuk saya sendiri sekaligus kalau memang pantas memberi selamat untuk diri sendiri. Selamat kepada sahabat yang telah menemukan tambatan hatinya, pencarian itu akhirnya menemukan titik temu pada satu waktu yang kita sebenarnya tak tahu, namun takdir menemukan dirimu dan dirinya dalam satu pertemuan yang sederhana sekaligus ajaib, dua hati saling tarik bagai dua kutub magnet. Pertemuan itu telah tertulis sebelum segalanya ada, di Laukhul Makhfudz tempat dimana takdir semesta tertulis. Lalu langkah-langkahmu menemukannya hanyalah perwujudan dari takdir itu, namun segala usahamu itu sekaligus adalah do’a dimana takdir terbaiklah yang menyertaimu. Maka bersyukurlah sebab yang terbaiklah pendampingmu kini sekaligus nanti. Selamat kepada sahabat yang akan

Wajah sekolah dalam sinetron

Didalam sinetron yang namanya sekolah itu bukan tempat untuk belajar, namun sekolah adalah ajang untuk rebutan pacar, perselisihan yang tidak jelas antar teman, membuat gank, terus juga untuk pamer kekayaan. Di sekolah-sekolah itu tidak ada yang namanya peraturan, tidak ada guru, tidak ada proses pendidikan, yang ada hanya konflik dan pertarungan tanpa wasit. Didalam sinetron, kelemahan bukan untuk dibela namun untuk dilecehkan, kekurangan bukan untuk dimaklumi sebagai sesuatu yang manusiawi namun untuk ditertawakan sebagai cacat, kekayaan bukan hasil kerja keras namun karena dia memang kaya, persahabatan dijalin bukan atas dasar perasaan dan hati namun berdasar kelas social, dan objek dari ajaran-ajaran itu semua adalah remaja-remaja berseragam sekolah.  Saya bukannya orang yang terlalu membenci sinetron ataupun film yang berlatar sekolah, meski sepanjang yang saya lihat (ini penilaian subjektif saya) hanya sedikit sekali sinetron yang bisa dikategorikan bagus, dan lebih

Malas

Saya tahu malas itu berbahaya mungkin melebihi bahaya merokok, tapi karena tidak banyak peringatan tentang bahaya malas itu jadi saya masih tetap menjadi pemalas aktif, dan bukan cuma aktif tapi juga kreatif, karena seperti kebanyakan pemalas lain saya selalu punya alasan untuk menunda pekerjaan bahkan untuk tidak melakukannya karena menganggap hal itu tidak penting, nah yang punya alasan menunda atau bahkan tidak melakukan pekerjaan yang semestinya dikerjakan hanyalah para pemalas aktif nan kreatif, hebatkan. Kadang saya punya pekerjaan yang menumpuk dengan deadline mepet, meski dengan susah payah dan hasil apa adanya saya berhasil menyelesaikan pekerjaan itu, namun jika saja deadlinenya tidak mepet maka kemungkinan besar saya akan menunda menyelesaikan pekerjaan itu padahal jika dikerjakan dengan waktu yang cukup longgar pekerjaan itu bisa selesai dengan hasil yang lebih baik. Terus terang sampai sekarang saya belum bisa merubah kebiasaan buruk ini, ketika orang lain jog