Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2011

My Blog

Karena banyak yang tak mampu kuungkapkan secara verbal, maka aku menuliskannya disini...

Grogi

Kedengarannya memang memalukan menggelikan jika saya mengatakan kalau sampai sekarang saya masih sering grogi jika berhadap-hadapan dengan perempuan, apalagi kalau perempuan itu cantik dan membuat saya “semacam” terpesona karena kecantikannya, apa sebab dari semua itu saya tidak tahu dan memang tidak mau tahu, makanya saya tidak pernah mendatangi psikolog untuk masalah ini dan juga tidak pernah mencoba mencari jawabannya sendiri dibuku-buku psikologi, saya nikmati saja kegrogian ini sebagai sebuah misteri. Kemarin kejadian yang meletupkan kegrogian saya kembali terjadi, ketika perempuan yang membuat saya “semacam” terpesona itu datang karena suatu keperluan, saya sama sekali tidak mampu bicara sepatah katapun, apalagi   teman-teman disitu paham bahwa perempuan itu membuat saya “semacam” terpesona, maka dengan senang hati mereka habis-habisan ngerjain saya dengan bermacam-macam cara, untungnya mereka tidak tahu kalo tangan saya sampai dingin dan keringetan, kalau tahu maka mereka pa

Aku dan Mark Zuckerberg

Ternyata Mark Zuckerberg sang penemu Facebook itu masih seumuran dengan saya, baru mendekati umur 27 tahun. dan pada usianya yang semuda itu dia sudah menjadi salah satu orang terkaya didunia, ketika usianya masih 24 tahun saja kekayaannya ditaksir telah mencapai 1,5 miliar dolar (klo dirupiahin jadi berapa duit tuh ?..) dan pundi-pundi kekayaannya masih terus bertambah setiap tahun sebab kabarnya keuntungan Facebook mencapai 300 Juta Dolar pertahun. Apa yang dicapai oleh Mark Zuckerberg tentu membuat iri anak-anak lain seusianya (termasuk saya. hehehe...) sebab tidak semua anak muda seberuntung dia, namun fenomena Facebook sendiri   bagi saya sebenarnya bukanlah hal yang terlalu aneh sebab didunia yang de facto dikuasai oleh kapitalisme global ini segala hal yang laku dijual pasti akan menjadi santapan dari para kapitalis, dan Facebook ternyata memenuhi segala kriteria untuk menjadi komoditas yang akan mengalirkan uang ke kantong para pemodal, Facebook lagi-lagi adalah fenomena per

Anak-anak Palestina

Mereka belajar membaca tidak dengan nyanyian A B C D namun dengan slogan-slogan perjuangan. Mereka belajar menulis tidak dengan pena namun dengan senjata. Mereka merasakan cinta dan kasih sayang tidak dengan pelukan dan ciuman seorang ibu namun lewat darah para syuhada dan air mata para ibu. Mereka tidak bermain layang-layang namun mereka bermain dengan batu-batu yang melayang. Mereka bercanda didepan todongan senapan para serdadu, mereka tertawa ditengah dentuman meriam, mereka tersenyum ketika berodongan peluru menghujani tubuh kecil mereka.