Narsis

Ada yang bilang kalo ada orang yang suka pasang foto di facebook, twiter, ataupun blog maka orang itu dapat dikategorikan sebagai orang fasis, eh salah bukan fasis tapi rasis, salah lagi… bukan fasis bukan rasis tapi narsis, iya bener… narsis. Kalo pendapat ini benar maka orang paling narsis sedunia adalah orang-orang yang lagi nyalon jadi DPR, atau jadi bupati, gubernur, sampai nyalon presiden sebab mereka bukan hanya pasang tampang di facebook atau twiter tapi bahkan pasang foto besar-besar disepanjang jalan, pasang stiker bergambar wajahnya yang lagi jaim dipohon, tiang listrik bahkan sampai pintu kamar mandi, “opo ora narsise nemen ???”

Tapi kalo saya pribadi tidak setuju pendapat ini. Kalo denger kata fasis kita mesti ingat seorang Mussolini sang dictator Italia sebab dialah God Father Fasisme, kalo dengar kata rasis mungkin kita akan teringat Hitler seorang rasis paling berkuasa sebelum perang dunia II yang merasa ras Arya milik nenek moyangnyalah yang paling hebat sehingga ras-ras lain harus tunduk dibawah ketiak Arya. Lalu kira-kira kalo dengar kata narsis kita jadi ingat siapa ya… mungkin kamu akan bilang ingat sang calon DPR yang fotonya kamu pajang di pintu kamar mandimu, silahkan saja.

Tapi kalo denger kata narsis saya teringat sebuah mitologi Yunani kuno tentang seorang lelaki muda yang sangat tampan dan ditaksir begitu banyak gadis, namun lelaki itu terlalu sibuk mengagumi dirinya sendiri, sehingga merasa tak ada yang pantas menjadi pendampingnya, setiap hari kerjaanya adalah memandang wajah gantengnya disungai yang airnya begitu jernih (mungkin waktu itu belum ada kaca jadi dia gak bercermin dicermin kaca) sampai akhirnya dia menceburkan diri kesungai itu guna meraih bayangan wajahnya sendiri, konon setelah itu tubuhnya tidak ditemukan namun kemudian muncul bunga yang sangat indah dipinggir sungai yang biasa dipandangi lelaki itu, dia telah menjelma menjadi bunga begitu kata orang-orang.

Kalo kita baca tentang mitologi itu maka orang yang pasang foto di facebook, twiter, ataupun blog belum bisa disebut narsis kecuali kalo dia sampai pandangi wajahnya sendiri yang dia pajang di facebook atau twiter atau blognya sambil senyum-senyum gak berkedip merasa paling cakep sendiri sampai-sampai matanya mau copot dan monitor yang dia pelototin sampai mau pecah, kalo ada orang macam itu baru bisa disebut narsis.

Tapi ada juga yang bilang bahwa generasi yang lahir setelah 1982 adalah generasi paling narsis sepanjang sejarah. “ jauh dari berorientasi pada kepentingan umum orang-orang muda yang lahir sesudah 1982 adalah generasi yang paling narsistik dalam sejarah mutakhir” begitulah pendapat dari Jean Twenge yang dikutip oleh Karen Kelly, anak-anak pada generasi itu menjadi narsistik sebab lebih mementingkan diri sendiri dari pada generasi-generasi sebelumnya. Jadi narsisme bukan sekedar tentang membanggakan diri tapi juga tentang mementingkan diri sendiri.

Jadi kalo saya pasang tampang di blog ini bukan berarti saya narsis, sebab ini hanya usaha kalo-kalo ada gadis ayu baik hati yang lihat dan lalu tiba-tiba berpikir “mungkin inilah jodoh yang selama ini ku tunggu”. Kalo motivasi saya pasang foto sesederhana itu apa bisa disebut sebagai narsis, terlalu membanggakan diri, apalagi mementingkan diri sendiri? Jika jawabannya “tidak” maka apologi saya mengapa pasang foto diblog bisa diterima, namun jika jawabannya “ya kamu memang narsis” maka mungkin kata-kata Jean Twenge diataslah yang benar.

(Tulisan ini pernah saya posting di http://kataamiq.blogspot.com, blog lama saya yang paswordnya secara misterius hilang dari ingatan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Garis Pertemuan Laut dan Langit

Pendapat mereka tentang sekolah

Hotpant