Ketika yang dicinta dihina (2)


Muncul dan beredarnya film Innocent of Muslims, menurut saya adalah bukti kalau cara pandang masyarakat barat secara umum terhadap Islam masih dipenuhi dengan prasangka-prasangka subjektif yang tidak berdasar sama sekali, film ini menambah daftar panjang karya-karya baik berupa film, novel atau kartun yang memandang Islam secara negatif, sekaligus mengukuhkan (setidaknya menurut saya) bahwa liberalisme yang mereka anut adalah liberalisme yang kekanak-kanakan.

Jefry lang menyebutkan sebuah artikel hasil riset yang tebit sebelum 2001, bahwa lebih dari sembilan puluh persen gambaran tentang Islam dalam novel-novel dan film-film berbahasa inggris yang dipublikasikan selama abad dua puluh ternyata bersifat negatif, dan dia juga menduga gambaran yang sama juga terjadi ditelevisi, kartun, komik serta video game.

Cara pandang negatif itu sebenarnya tidak datang begitu saja, namun ada rentetan sejarah panjang dari mulai perang salib hingga abad modern yang dibangun secara massif oleh media khususnya sejak dekade 70an terlebih setelah peristiwa penyanderaan dikedutaan Amerika untuk Iran pasca revolusi Islam Iran yang menggulingkan Syah Reza Pahlevi yang pro Amerika, sejak peristiwa penyanderaan itu menurut Edward Said mereka (media barat) telah membuat Islam “lebih dikenal” dibarat, mereka melukiskannya, mencirikannya, menganilisisnya, memberi kursus singkat tentangnya, akan tetapi liputan-liputan itu merupakan liputan yang menyesatkan.

Masih menurut Edward Said, dalam liputan-liputan itu Islam telah menerima bukan hanya perlakuan yang tidak tepat, namun juga ekspresi etno sentrisme yang melampaui batas, kebencian rasial, serta permusuhan mendalam yang mengalir secara bebas, dan semua itu dianggap oleh media Barat sebagai liputan yang adil, seimbang dan bertanggung jawab tentang Islam.

Dan liputan-liputan miring tentang Islam itu seolah-olah kembali mendapat pembenaran ketika terjadi peristiwa 11 September 2001, ketika dua buah pesawat menabrak dan menghancurkan gedung WTC, mediapun langsung menyebut bahwa terorislah pelakukanya dan dalam benak masyarakat Amerika secara umum yang disebut teroris selalu Islam.

“watak jahat” Islam itu begitu terpatri dalam benak masyarakat Amerika secara umum, seperti pengalaman pribadi Jefry Lang, semenjak dia berbicara tentang Islam didepan publik dia selalu mendengar keluhan dari orang tua muslim tentang guru-guru disekolah yang selalu menjelek jelekan Islam ketika mengajar anak-anak mereka. Bahkan guru putrinya sendiri mengatakan kalau Islam mengajarkan kekerasan sedangkan Kristen mengajarkan perdamaian, guru putrinya yang lain mengatakan kalau orang-orang Islam tidak tahu terima kasih “kita memberi mereka bantuan sedangkan mereka membalasnya dengan teror”.

Islam digeneralisir sedemikian rupa, seolah-olah kelompok-kelompok garis keras semacam Al Qoidah dan sejenisnya merupakan representasi Islam secara umum, mereka sepertinya enggan untuk melihat realitas tentang keragaman Islam yang terdiri dari ratusan juta pengikut, yang tersebar diberbagai negara dengan latar belakang budaya yang berbeda, yang menganut berbagai madzhab dan bermacam firqoh, dan juga tentunya mempunyai pandangan politik keagamaan yang juga beragam.

Dari cara pandang yang reduksionis dan penuh prasangka seperti itulah film semacam innocent of muslims, atau kartun Nabi, atau novel yang menyudutkan Islam muncul. Lalu jika kita menanggapinya dengan kekerasan dan bahkan sampai ada korban yang terbunuh, mereka hanya akan bilang, “nah... tu kan ay bilang juga apa, mereka memang suka kekerasan”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Garis Pertemuan Laut dan Langit

Pendapat mereka tentang sekolah

Hotpant