Kenangan yang tergenang
Sejak usia anak-anak
dulu sampai sekarang sudah punya anak, saya selalu merasa bahwa separuh jiwa
raga saya adalah orang Pabean, meski saya lahir dan besar di Simbangkulon namun
sebagian kenangan indah masa kecil saya tercipta di Pabean.
Dulu Pabean adalah sebuah desa yang indah, jika kita ingin memasuki
desa ini maka hamparan sawah yang luas akan menyambut kita, apalagi kalau pas
masa panen keindahannya akan bertambah dengan padi-padi yang menguning, kemudian
yang juga khas dari desa ini waktu saya
kecil dulu adalah aroma terasi yang begitu menyengat dibeberapa tempat,
kebun-kebun yang lebat juga masih banyak dengan beraneka macam pepohonan yang
berbuah segar.
Tapi itu dulu.
Sekarang desa yang indah ini sudah tergenang rob, air laut yang
tiba-tiba naik kedaratan lalu menggenangi sawah, kebun, bahkan rumah-rumah dan
jalanan. Kita tidak akan bisa lagi melihat hamparan sawah didesa ini, pohon
buah jambu air yang dulu banyak juga perlahan-lahan mati, pengrajin terasi tak
bisa lagi bisa berproduksi, para pengrajin batik yang cukup banyak juga
kesulitan untuk bekerja.
Desa ini semakin lama semakin tergenang air rob, rumah-rumah
ditinggikan, jalanan ditinggikan namun bersamaan dengan itu air rob juga
menggenang lebih tinggi lagi, kebun dan sawah berubah jadi rawa-rawa yang
dipenuhi dengan enceng gondok.
Setiap kali berkunjung kedesa yang sudah tak lagi sama ini, selalu
muncul perasaan sedih, betapa kebun-kebun yang dulu menjadi tempat saya dan
teman-teman bermain patil lele dan berburu burung pipit sudah tidak bisa lagi
diinjak, tanah yang sudah sekian lama terendam rob itu begitu diinjak akan
membuat penginjaknya seperti tersedot pasir hidup, minimal sampai lutut orang
dewasa.
Saya tidak tahu dimana bocah-bocah Pabean kini bermain, karena
semuanya sudah tergenang, bahkan rumah mereka pun tak luput dari genangan air
yang semakin lama semakin berwarna hijau karena banyaknya lumut, jalanan
disepanjang kampung juga bukan tempat yang nyaman untuk bermain, tidak hanya
sempit dan menganggu pengguna jalan namun lagi-lagi karena ada genangan air.
Mungkin mereka hanya bisa bermain lewat HP, Play Station, atau
entahlah, tapi yang jelas saya berharap mereka juga mempunyai kenangan yang
indah tentang kampung halamannya seperti kenangan yang saya miliki tentang
Pabean, bukan hanya kenangan tentang air yang mengepung rumah mereka tanpa tahu
kapan akan surut, juga bukan hanya
tentang gadget yang menemani hari-hari mereka yang basah.
Komentar
Posting Komentar