Maaf



Maaf karena aku hanya bisa menjumpaimu lewat kata, mestinya kita bisa bertatap muka barang sejenak membuang sedikit keangkuhan dan saling mengucap maaf lewat lisan bukan lewat tulisan.

Maaf karena aku hanya bisa mengucapkan maaf lewat tulisan bukan lewat lisan, menjadikan sesuatu yang harusnya personal dan bahkan sakral menjadi terkesan urakan bahkan asal-asalan, entah apakah ini dapat disebut sebagai silaturahim, kalaupun mungkin anggap saja ini silaturahim namun aku kok sepertinya merasa ada yang kurang, aku tak bisa melihat senyummu.

Maaf karena aku tak bisa menjumpai kalian satu persatu, bukan karena aku sibuk, namun ini karena dominasi ego “bukankah harusnya kalian yang datang ketempatku !” begitulah teriakan egoku dengan angkuh, dalam hari yang fitri inipun ternyata aku belum mampu menyingkirkan keakuanku.

Maaf karena aku tak pernah mengucapkan maaf pada hari-hari biasa, pada hari-hari dimana caci maki dan iri hati menjadi seperti tradisi yang tak disadari, pada hari-hari dimana aku lebih menghormati orang-orang berpangkat yang tak aku kenal dari pada menghormati kalian yang dengan tulus hadir dalam hidupku tanpa pretensi ataupun ambisi, pada hari-hari dimana dosa-dosa aku tumpuk bagai capaian prestasi.

Maaf karena meski menulis ini aku belum sepenuhnya sadar apakah ini dari hati karena mengikuti sunnah Nabi atau hanya basa-basi sekedar mengikuti tradisi, namun bagi manusia seperti kita yang tak mampu membaca kata hati maka sepertinya yang tampak itulah yang dari hati. 

Maaf karena aku hanya bisa berkata maaf, dan mengucap doa Taqobalallahu minna wa minkum wa ja’alana minal aidin wal faizin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Garis Pertemuan Laut dan Langit

Pendapat mereka tentang sekolah

Hotpant