Bosen nonton berita
Belakangan
ini saya jadi agak bosen nonton berita, sebabnya adalah dua stasiun televisi
swasta yang telah lama mendeklarasikan dirinya sebagai stasiun berita dengan
tanpa malu-malu pada perhelatan pilpres kali ini menjadi media kampanye
masing-masing calon, akibatnya berita yang tersaji dikedua media itu tidak
berimbang dan bahkan cenderung lebay dalam membela calonnya dan menjatuhkan
lawannya.
Jika ada
masalah sedikit dikubu Prabowo-Hatta pihak Metro TV akan membesar-besarkannya
sebaliknya jika ada masalah sedikit dikubu Jokowi-JK giliran TV One yang
membesar-besarkannya, jika ada dukungan sedikit dikubu Prabowo-Hatta maka TV
One akan menyiarkannya menjadi berita besar begitu juga jika ada dukungan
sedikit dikubu Jokowi-JK maka Metro TV yang akan menjadikannya berita besar. Idealisme
jurnalistik telah hilang digantikan pragmatisme politik, menyebalkan.
Jurnalisme
yang harusnya menjadi pilar demokrasi malah menjadi alat propaganda bagi para
calon presiden, saya jadi ingat semasa kecil dulu dimana hanya ada siaran
berita dari TVRI yang beritanya selalu tentang keberhasilan pemerintah, tidak
pernah ada demo masuk TV (Yang ada, demo ya masuk penjara), tidak pernah ada
gagal panen masuk TV sebab selalu saja Pak Harto yang muncul ditengah panen
raya padi, yang muncul di TVRI waktu itu bukan sekedar berita namun propaganda
keberhasilan pemerintah. Naifnya ketika TVRI sudah mulai netral eh malah Metro
TV dan TV One yang dengan tanpa merasa berdosa menjadikan diri mereka menjadi
alat propaganda.
Namun ada
hikmahnya juga, kita menjadi semakin paham bahwa jurnalistik bukanlah sesuatu
yang netral, selalu ada pemihakan-pemihakan baik secara terang-terangan maupun
secara diam-diam, dan itu bukan sesuatu yang baru. Media massa bukanlah sesuatu
yang bebas kepentingan yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan realitas yang
sebenarnya, selalu saja ada bias kepentingan yang mewarnai berita.
Udah dulu
ah mau nonton Ipin Upin.
Komentar
Posting Komentar